Dars Kitab Bidayatul Hidayah (13 Februari 2025)
✨ Dars Kitab Bidayatul Hidayah
π Muallif : Imam Al-Ghazali
π Ustadzah Dara Husaien
π 13 Februari 2025
π MT. DaruzZahra
•••
Sebelum kita masuk ke muqoddimah, kita kenalan dulu sama sohibul kitab,
Imam Al-Ghazali. Beliau adalah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Ghazali. Beliau diberi julukan gelar sebagai hujjathl islam, semua orang akan mempertanyakan kepada Imam Ghazali apapun yg berhubungan dengan islam.
Imam Ghazali dikatakan dilahirkan pada tahun 450H di Thuusy dengan sosok abah yg luar biasa. Imam Ghazali lahir dari sosok ibu dan ayah yang luar biasa. Dikatakan kalau kita lihat sosok imam Ghazali yang hujjatul islam, dikatakan, "barangsiapa di rumahnya ada kitab ihya ulumuddin maka allah berikan keberkahan yang luar biasa dalam rumahnya". Padahal kitab itu tidak kita baca karena belum bisa membaca atau takut salah, atau bingung lalu kita memilih untuk membeli saja demi mendapatkan keberkahan maka akan diberikan keberkahannya.
Dan kecintaan terhadap ilmu itu datang dari abahnya, yang bernama Muhammad. Dikatakan, Abah Imam Ghazali sangat mencintai ilmu dan ulama, suka belajar dan pengajar. Bahkan dikatakan, dan ayahnya tidak memberikan makan kepada anak anak beliau bahkan ke diri beliau sendiri kalau bukan dari hasil pekerjaan beliau sendiri, supaya semuanya halal karena itu berimbas kepada ilm dan kehidupan anak anaknya.
Dikatakan yang dilakukan ayahnya Imam Ghazali adalah bekerja sebagai tukang tenun, tapi beliau akan meninggalkan tenunan beliau ketika mendengar akan ada majelis ilmu. Dikatakan kalau dars tersebut belajar ilmu fiqih, maka beliau akan meminta kepada Allah untuk diberikan anak yang faqih dalam agamanya. Beliau juga meminta ketika setiap duduk dalam dars tersebut untuk diberikan anak yang bukan hanya menyampaikan saja tapi juga untuk anaknya sendiri. Dan hasil dari niat dan doa beliau setiap dars diijabah oleh Allah, dikatakan bahwa anak beliau Imam Ghazali adalah sosok yang sangat faqih di zaman beliau. Jadi Imam Ghazali dapat doa yang sangat besar dari ayah beliau.
Sifat yang beliau punya ialah, beliau memiliki kepintaran yang pintar banget, di atas rata rata, jenius. Ketika beliau memandang, beliau ada pandangan yang tajam, beliau tau apa yang terjadi di ujung sana saking tajamnya, dan beliau punya pikiran yang luar biasa bahkan hafalan beliau paling kuat. Dan beliau adalah Imam yang ga pernah berhenti untuk menuntut ilmu walau sudah mendapat julukan syuyukh, beliau akan terus cari ilmu sampai ujung hidup beliau.
Dikatakan dalam tulisan beliau, "tidak ada ujung dari ilmu yg kita cari, karena ilmu itu akan terus baru, walaupun sebelumnya kita pernah ketemu ilmu tersebut." Dan berkahnya ilmu itu harus kita cari sampai akhir hayat kita, jadi gada istirahat untuk belajar. Anak SD harus ketemu SMP SMA Kuliah, ada S1, S2, S3. Lalu ketika mereka belajar kitab, apakah selesai begitu saja? Belum, ulang lagi, dibuka lagi kitab pertama, dan dia akan menemukan ilmu yang baru.
Bukan seberapa banyak kitab yang kita pelajari atau seberapa tinggi kitab yg kita pegang, tapi seberapa sering kita ulang ulang kitab tersebut karena dengan mengulang ulang itulah Allah berikan keberkahan.
Jadi Imam Ghazali tidak pernah berhenti mencari ilmunya, beliaulah orang yang merindukan ilmu. Kita cari, amalkan dan sampaikan ke orang-orang sekitar kita. Maka jangan berhenti menuntut ilmu walau sudah selesai kuliah, sudah tamat kitabnya, sudah menikah, gada batasan mencari ilmu, sampai kita menyadari bahwa dari ilmu tersebut kita semakin dekat dengan Allah dan Rasulullah SAW.
Dari akhir manaqib Imam Ghazali, beliau wafat di tempat yang sama, Thuusy pada Senin 14 Jumadil akhir 505H.
•••
•• Muqoddimah ••
Dibuka dengan "Bismillah", dalam bacaan Bismillah ada berkah yang begitu besar. Lalu "Alhamdulillah" yang ada keberkahan begitu besar pula. Segala sesuatu yang dimulai dengan bismillah maka akan dapat keberkahan luar biasa, dan yang tidak dimulai dengan bismillah akan terputus keberkahannya.
Dan Imam Ghazali berselawat kepada Nabi Muhammad SAW, dan juga bersholawat kepada para sahabat dan yang setelahnya.
Setelah itu, dikatakan oleh Imam Ghazali bahwa, "ketahuilah wahai kalian yang sedang menjaga diri dalam tholibul ilm/menuntut ilmu, yang dia menjadikan ilmu tersebut untuk dirinya atau kejujuran dalam pendekatan dirinya kepada Allah, Rasulullah dan ilmunya. atau mereka dalam tingkat kerinduan di atas rata rata. Tapi di saat kita menginginkan hal tersebut, ada hal lain yang lebih besar di hati kita yang membuat kita tidak dapat smpai pada tiga hal tersebut.
Orang-orang yang ingin menuntut ilmu dan dekat dengan Allah, dan kerinduannya kepada Allah dan Rasulullah bertambah, dan kerinduannya kepada ilmunya luar biasa, tapi ada keinginan lain di dalam dirinya dan keinginan tersebut lebih besar, tapi justru keinginan tersebut salah karena dia ingin mendapatkan kedudukan di antara teman-temannya, dia ingin mendapatkan pandangan orang-orang atas dirinya, dan dengan hal tersebut menjadikan dunia itu akhirnya besar terhadap dirinya, dikatakan oleh Imam Ghazali "kamu dalam keadaan hancur atas agama yang sedang kamu tuntut, kamu membinasakan dirimu dan menjual akhiratmu dengan dunia yang kamu punya"
jadi dari awal kita udah dikasih tau sama Imam Ghazali, "ente mau di sini lillah karena Allah Rasul dan ilmu atau untuk sesuatu yang lain?kalau misalnya ada sesuatu yang lain maka kamu sedang mendapati kehancuran atas dunia kamu" jadi jangan ada niat yang salah di dalam menuntut ilmu ini. Imam Ghazali memperingatkan kita dari awal, jangan sampai kita mukhlis, rugi, ga punya apa apa. Kita menjual agama kita demi dipandang sama makhluk, makanya Imam Ghazali dari awal sudah bilang.
Maka satu hal yang kita temukan di dalam muqaddimah ini adalah tanya hati kita, kita mengaku sebagai apa? Apakah kita mengaku sebagai penuntut ilmu? kalau kita mengaku sebagai seseorang yang sedang menuntut ilmu kemana dan apa yang sedang kita harapkan dari ilmu itu? mendapat pandangan terhadap dunia atau sesuatu yang salah? mubah? atau kita lebih mengutamakan ashab kita yang pengen dipandang orang?
sebelum kita masuk lebih dalam terhadap ilmu yang ada dalam kitab ini, kita diminta untuk coba tanya hati kita, niatnya kita apa? siapa kita di sini? Apakah kita sebagai pendengar yang ketika kita mendengar kita sampaikan ke orang? Atau bukan karena kita ingin menyampaikan ilmunya tapi karena ingin mengharapkan yang lain seperti pandangan orang? pengakuan orang? mendapatkan semua hal yang berhubungan dengan dunia? kalau itu yang kita inginkan, dia sudah menghancurkan agamanya dia, membinasakan dirinya dan memperjualbelikan akhiratnya untuk dunianya.
Itu bahaya dan harus kita pertanyakan di dalam hatinya kita, saat ini menuntut ilmu untuk apa? Buat siapa? bagaimana ujungnya? jadi kita disuruh sering tanya ke hati kita, apakah sudah betul-betul hati kita berniat untuk menuntut ilmu sebagai upaya mendekatkan diri kita kepada Allah dan Rasul saw serta menjadikan kita rindu akan ilmu yang berhubungan dengan Allah dan Rasul?
Diingatkan lagi sama Imam Ghazali, "kalau memang betul ada sesuatu yang lain di hati kita, ketika menuntut ilmu ini mengharapkan hal-hal yang tidak seharusnya kita harapkan daripada akhirat kita dan mengharapkan dunia lebih besar terhadap daripada akhirat kita, maka apa yang sedang kamu harapkan tadi adalah sebuah kegagalan. sebenarnya kita tidak mendapatkan dunia tidak mendapatkan akhirat juga, akhiratnya jelas tidak kita dapatkan. Dan ketika dikatakan kita memperjualbelikan akhirat agama kita untuk dunia, maka perdagangan kamu di dalam kerugian yang besar, dan ketahuilah kamu sedang membantu dirimu atas sesuatu yang buruk dalam kehidupanmu, menjadikan sekutu dalam kerugian tersebut. Kita adalah bagian dari kerugian tersebut kalau kita mengharapkan dunia tadi, yang kalau diibaratkan itu sama seperti penjual pedang kepada perampok.
Dan dikatakan "Barang siapa yang membantu kemaksiatan walau hanya sepenggal kata maka dia sama dengan orang yang sedang melakukan maksiat tersebut" jadi misalnya dalam hati kita telintas sedikit aja hal-hal yang membuat kita lebih mengutamakan dunia daripada akhirat kita, hati-hati kita sedang membantu maksiat yang besar yang sama seperti orang yang sedang menjual pedang kepada perampok.
Makanya dikatakan, tanya betul sama hati kita ketika kita ingin belajar dari kitab ini, lalu kamu amalkan, niatnya bagaimana? lillah tidak? karena rasul tidak? Karena ilmu tidak? Tapi kalau misalnya kamu udah niat yang baik, tujuan kamu baik, kamu mengharapkan kedekatan antara kamu dengan Allah, kamu sedang mengharapkan hidayah itu dengan betul dan Allah akan memberikan Hidayah tersebut, dan itu adalah kabar gembira.
Kalau kita baru niat aja dan tujuan kita memperbaiki kedekatan antara kita dengan Allah, Rasulullah dan ilmu, maka secara berangsur-angsur Allah Sedang memberikan kepada kita hidayah, hidayah yang akan terus dikasih dan itu adalah kabar gembira. Bukan hanya hidayah yang akan didapatkan, tapi selama kita betul dengan niat dan tujuan yang kita tuju, allah akan mengirimkan malaikat yang merentangkan sayap-sayapnya ketika kita sedang berjalan dan semua apapun yang ada di dalam laut itu beristighfar untuk kita. itu yang didapatkan ketika kita punya niat dan tujuan antara kita dengan Allah, Rasulullah dan ilmu. Allah akan kasih semua itu kalau betul apa yang kita niatkan dan yang kita tunjukkan.
Jadi di Muqaddimah ini, PR kita pun sudah besar, kita tafakkur, dan memperbaiki niat kita. Hidayah itu akan diberikan jika niat kita sesuai dengan tujuan kita antara kita dengan Allah dan Rasulullah dan dengan ilmu-ilmu yang kita pelajari. Jadi PR Kita adalah coba tafakur dan tanya hati kita banyak-banyak, hati kita mau betul betul pengen belajar atau ada sesuatu yang lain yang ingin kita dapatkan? Apakah kita ingin dipandang orang? Dianggap tholibul ilm sama orang? dan kita akhirnya sombong. kalau hal itu terjadi, kata Imam Ghazali kita harus menghindari hal tersebut.
Imam Ghazali mengajarkan kita untuk belajar sampai akhir. Dari biografi kehidupan beliau, jangan berhenti untuk menuntut ilmu, dan juga beliau mengajarkan kepada kita bahwa sampai kapanpun kita belajar kita harus punya niat dan tujuan untuk Allah Rasulullah, bukan hal yang lain supaya kita mendapatkan hidayah, kabar gembira perlindungan dari sayap-sayap malaikat dan juga istighfar yang dilantunkan dari semua penduduk yang ada di laut.
Tafakkur : bener ga niatnya, tujuannya, harus disiapkan, ga boleh begini begitu. Jadi berarti hati kita yang sudah mulai jauh, salah dalam berniat, gatau tujuannya kemana, terlalu lama membelokkan diri kita, saatnya kembali lurus.
•••
QnA :
1. Bagaimana mengerahkan niat kami dalam menempuh proses tholabul Ilmi yang mencakup ilmu umum seperti dalam tholabul Ilmi di jenjang perkuliahan supaya tetap berada dalam niat untuk dan karena Allah?
» niat "nawaitutt ta'alluma watta'lim..." yang biasa juga bisa tetap kita baca setiap kita masuk kuliah, misalnya tiap ganti dosen tetap kita baca, walaupun jurusan yang dia ambil ilmu umum seperti Kimia misalnya. Tapi ketika kita membaca niat "nawaitutt ta'alluma watta'lim..." Bisa jadi dari ilmu tersebut, ada hikmah yang diselipkan. jadi niat itu bisa dipakai di manapun, karena yang menentukan bagaimana kita menghadapi atau menjalankan atau mengkaji sesuatu itu adalah ada atau tidak di dalamnya akhirat? Kalau kita libatkan akhirat di dalamnya maka akhirat itu akan datang. kita berniat "Ya Allah ilmunya umum tapi saya serahkan kepada-Mu akhiratnya" dan yakin Allah akan kasih akhiratnya.
2. Daftar list niat-niat yang bisa dicatat dalam satu buku khusus untuk dibaca nantinya sebelum tholibul ilm atau mau hadir majelis atau dalam hal-hal lainnya, dan niat-niat seperti apa saja kiranya ustadzah?
» dulu di DaruzZahra ada yang jual kitab, "yang mau tolibil ilm ini niatnya, yang mau hadir majelis begini niatnya, mau mandi ini niatnya, mau dzikir, masuk pasar semua ada niatnya" tapi dari semua niat tersebut tidak pernah tertinggal niat untuk Allah, jadi apapun yang kita lakukan kita minta tujuan yang paling penting yaitu:
- berniat untuk Allah agar lebih dekat dengan Allah (ta'alluq)
- berniat agar semakin besar cinta kita kepada Rasulullah SAW
bahkan kalau dalam keadaan kepepet itu adalah dua hal yang nggak ketinggalan. kalau memang kita udah mentok banget dan bingung mau niat apa, niat aja:
- aku berniat sebagaimana niat salafunassoleh dan sebagaimana niat para guru-guruku. memang afdalnya niat yang satu-satu, tapi kalo udh ngeblank, 2 niat pertama tadi + niat sebagaimana niat salafunassoleh dan semua niat guru guru kita. Tapi kalo masih bisa menguraikan niat satu satu itu lebih baik.
3. Ketika diminta mengganti Ustadzah yang berhalangan mengajar, akan tetapi kita terkadang belum mutholaah di kitab dan mata pelajaran yang kita gantikan, lalu kita tidak mengajarkan sesuai dengan pelajaran tersebut apakah kita termasuk orang yang ingkar amanah?
» sebelumnya kita tanya dulu, boleh nggak kita nggak belajar pelajaran tersebut? boleh nggak kita belajar dengan yang pelajaran kita? Kalau katanya boleh ya boleh, tapi kalau tidak dan kita merasa tidak sanggup... Habib Umar bilang "munafik orang yang mau mengajar tapi tidak murojaah" Habib Umar saja 25 kali murojaah sebelum mengajar, sedangkan kita yang seperti ini sangat butuh murojaah. jadi kalau kita belum murojaah dan belum mampu kita sampaikan hal tersebut, karena itu adalah perjanjian, amanah. Nah supaya kita tidak mengingkari yaitu buatlah perjanjian dari awal boleh nggak tidak mengajari pelajaran itu, kalau misalnya harus seperti itu, sanggup nggak kita murojaah saat itu? kalau nggak sanggup, ahsan ditolak, karena ketika mengajar kita bukan hanya sekadar membaca apa yang kita pegang tapi bagaimana kita menyampaikan ilmunya, bukan sekedar baca aja.
4. Cara menata hati agar selalu berhusnudzon dengan takdir Allah?
» dengan tidak berprasangka buruk. Sebenarnya hati kita bisa kita arahkan dengan sesuatu yang baik kita bisa kontrol hati kita dengan bantuan Allah, tapi kenapa kadang kita sudah berusaha mengontrol tapi nggak bisa? alau pertanyaannya menata hari agar selalu berhusnudzon dengan takdir allah seperti itu berarti kita tidak yakin sama Allah. bagaimana kita bisa menata hati kita sedangkan sama Allah saja kita masih berprasangka buruk? jadi kita lihat sesuatu hal apapun yang terjadi di dalam hidupnya kita, di dalam takdirnya kita, kita suka ataupun tidak itu adalah bagian daripada takdirnya kita. Lalu bagaimana? kita meyakinkan hati kita bahwa ini adalah hal yang baik, bahwa setiap yang terjadi pasti ada hikmahnya, bilangin sama hati kita ada hikmahnya kok tunggu aja. ketika datang takdir Allah dan tidak sesuai dengan yang kita inginkan lagi, Katakan lagi berulang, "ada hikmahnya setelah ini, tunggu dulu" begitu terus sampai hati kita terbiasa dan betul-betul menemukan, "Oh ini loh hikmahnya" karena hikmah daripada takdir yang Allah berikan kepada kita, yang menurut kita kita tidak mau takdir itu terjadi dalam hidup kita akan Allah tunjukkan di waktu yang tidak pernah kita duga. jadi yakinkan hati kita setiap takdir apapun yang terjadi dan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan bahwa Allah pasti memberikan hikmahnya setelah ini, tunggu ya wahai hati... Itu artinya kita juga harus sering-sering komunikasi sama hati kita, makin sedih, gelisah, nangis gpp sambil bilang "Hati sabar ya, insyaallah akan ada hikmahnya"
5. Apakah boleh kita salat Sunnah pakai niat : usholli sunnatan kamanawa salafunassholihin?
» biasanya, usholli kamasholla imam. Tapi kalau niat di pertanyaan itu baru denger. Kalau sholat maka sholatlah karena saat itu kita sedang berkomunikasi dengan Allah, jadi nyatakan niatnya dengan sebaik-baiknya. Boleh nggak? wallahualam bishowab. Ustadzah belum berani bilang lakuin aja atau Jangan dilakukan. Tapi kalau mau ngambil aman niat solatnya seperti niat solat pada umumnya saja.
•• Amalan Malam Nisfu Sya'ban ••
Terdapat riwayat dari Sayyidina Ali ra, beliau melihat Rasulullah SAW pada pertengahan malam daripada malam ke-15, Rasulullah saw berdiri iqomah dan solat 14 rakaat lalu duduk sebentar dan membaca surat al-fatihah, al-ikhlas, alfalaq, dan an-nas, dan setiap surah itu dibaca 14× dan membaca ayat kursi 1×, lalu membaca "laqod jaa akum.... ", lalu beliau berniat untuk berpuasa nisfu sya'ban"
•••
Wallahua'lam bishowab, mohon maaf apabila ada kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisa.
Halal share dan di mohon untuk tidak menghilangkan sumber catatan, BaraakAllah Fiikum.
Salam cinta π
ππ½. ππͺπ»πΎππ©πͺπ±π»πͺ
Komentar
Posting Komentar