Dars Kitab Bidayatul Hidayah (18 Juni 2025)

 ✨ Dars Kitab Bidayatul Hidayah (Pertemuan 3) 

📚 Muallif : Imam Al-Ghazali

🎙 Ustadzah Dara Husaien

🗓 18 Juni 2025

📍 MT. DaruzZahra


•••

Ketika seseorang betul-betul meniatkan dirinya untuk tholabul Ilmi dan menjadikan apapun yang dia inginkan itu diterima oleh Allah seperti niat selain niat ta'lim yang kita baca tadi, apapun yang kita niatkan, yang ada hajatnya, siapa tahu dari apa yang kita niatkan ini dari hadirnya kita sambil dars malam ini bisa dikabulkan Allah 


Hadits 1: 

Nabi SAW, “aku berjalan di malam isra miraj diatas langit, lalu aku melihat segerombolan kaum yang dimana mereka disitu disiksa di api neraka. Aku berkata siapa mereka. Dan mereka berkata kami adalah orang orang yang memerintahkan kepada kebaikan tapi sebenarnya kami tidak melakukan hal serupa. Dan kami memerintahkan kepada mereka untuk meninggalkan sesuatu yang buruk, tapi sebenarnya kami melakukan sesuatu yg buruk tersebut.”

Dikatakan oleh Imam Ghazali, ketahuilah wahai engkau orang-orang miskin, sebenarnya apa yang kau lakukan itu adalah hal yang akan kau dapatkan di akhirat ketika engkau kembali kepada Allah. 

Diperjelas oleh Imam Ghazali maka celakalah bagi orang yang bodoh ketika mereka tidak mau belajar walaupun sekali. orang-orang yang jahil itu ketika mereka tidak mau belajar maka mereka adalah orang-orang yang celaka, walaupun mereka nggak mau belajar sekali. dan celakalah mereka juga orang-orang yang berilmu, mereka yang tidak mengamalkan ilmu dengan kelipatan 1000 kali lipat elakanya daripada orang-orang yang jahil tapi nggak belajar. 

jadi Imam Ghazali menyampaikan kepada kita bahwa ketika Allah memerintahkan kepada hambaNya dan Rasulullah saw menyampaikan kepada kita untuk tholabul Ilmi, untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan sesuatu yang buruk, maka hal itu juga harus kita amalkan di dalam dirinya kita. makanya ketika kita menyampaikan sesuatu yang baik maka dianjurkan untuk kita juga melakukan hal yang serupa, tapi jika kita tidak bisa melakukan hal yang serupa dalam kebaikan ini setidaknya kita tidak melakukan apa yang kita sampaikan dalam sebuah larangan. Jadi kita tidak melakukan apa yang dilarang. Bukan Ketika kita menyampaikan kita nggak bisa, tapi larangan yang kita sampaikan kita kerjain, jangan. 

dikatakan di hadis Nabi saw tadi bahwa orang-orang yang seperti ini itu akan diberikan hukuman yang luar biasa di akhirat dan di akhirat dimasukkan ke dalam api neraka. walaupun kita tahu bahwa syafaatnya Rasulullah saw itu ada lima dan diantaranya adalah dikeluarkannya hamba Allah, umat Rasulullah saw yang ada di dalam neraka dan dimasukkan ke dalam surga. walaupun itu menjadi salah satu syafaat bukan berarti kita ingin masuk ke dalam golongan itu. Kita kan maunya masuk ke dalam golongan orang-orang yang masuk surga tanpa hisab. makanya di sini diajarkan dari awal ketika kita tidak bisa melakukan sesuatu yang baik walaupun kita sudah sampaikan sesuatu yang baik ini kepada orang-orang yang ada di sekitar kita, setidaknya kita tidak melakukan hal yang kita sampaikan kepada mereka untuk dijauhi dan kita tidak melakukan hal tersebut. celak

Itu yang pertama termasuk golongan orang-orang yang jahil. ketika dia sanggup untuk belajar tapi dia memilih untuk tidak belajar. nah orang-orang yang seperti ini akan dicap sebagai orang-orang yang celaka walaupun saat itu dia bisa belajar sekali tapi dia memilih tidak belajar sekali. Dia tidak belajar itu dia sudah digolongkan sebagai orang-orang yang celaka/si jahil ini. makanya kenapa Imam Ghazali itu pernah menuliskan di dalam suatu syair, "jika engkau menemui orang yang jahat lalu engkau tidak sanggup untuk membawanya kepadamu menjadi yang lebih baik maka tinggalkan" itu yang diperingatkan oleh Imam Ghazali. kalau ente ketemu sama orang jahil dan ente tahu dia jahil dan ente tidak bisa ngajak dia, dia enggak mau, nggak ada usaha sama sekali maka kata Imam Ghazali tinggalkan. Tapi kalau yang jahil itu adalah ente kita yang jahil maka carilah orang-orang yang bisa membawa kita keluar dari lingkup kejahilan itu, karena orang yang jahil termasuk orang-orang yang celaka. walaupun sekali, dia mampu untuk belajar saat itu tapi dia memilih untuk tidak mau belajar, maka mereka termasuk orang yang celaka. 

Itu dua hal yang berbeda, silakan pilih. yang dimiliki orang jahil itu adalah ketika dia tidak mau belajar, tapi celakanya orang alim itu adalah ketika dia tahu ilmunya dan tidak dia tidak mengamalkannya dan tidak ada usaha untuk mengamalkan. kadang ada orang yang belajar, dia berusaha mengamalkan ilmunya, tapi ada juga yang menunda-nunda dan orang-orang seperti inilah yang disebut sebagai orang-orang yang celaka. karena dikatakan juga seperti hadist Nabi SAW, "maka orang-orang yang menuntut ilmu itu sesungguhnya mereka sedang berada di jalan yang Allah memudahkan dia ke surga" kalau ente pengen enak kata Rasul saw, pengen dimudahin jalannya ke surga, salah satu caranya adalah dengan menyebutkan dirimu dengan tholabul Ilmi. ketika kita sudah mentok nggak tau lagi gimana cara buat sampai ke surga Allah, maka kata Nabi saw tholabul ilm, maka akan dimudahkan untuknya jalan menuju ke surga. jelas bahwa kita pengen ke surga, dimudahkan jalannya, maka jalannya dengan menuntut ilmu. 

Dan ketahuilah kata Imam Ghazali di sini bahwa sesungguhnya manusia di dalam menuntut ilmu itu dibagi menjadi tiga keadaan: 

1. Golongan orang-orang yang beruntung 

Siapa mereka? yaitu orang-orang yang menuntut ilmu, dia mengharapkan penambahan bekal, kedekatan, dan dia tidak ada maksud selain mengharap Ridhonya Allah dan juga ketenangan di dalam akhirat. itu adalah contoh keadaan penuntut ilmu yang pertama. ketika kita menuntut ilmu, apa yang kita niatkan dari ilmu yang kita ambil? itu adalah untuk persiapan bekal pulang kita. 

"Ana niat untuk menuntut ilmu supaya dapat bekal yang banyak, ilmu yang bisa diamalkan, dan ilmu itu bisa menjadikan hal tersebut sebagai hal yang istiqomah yang ana lakukan, jadi ketika ana pulang nanti ana bisa nunjukin ini kepada Allah dan ini adalah orang yang betul-betul mengharapkan Ridhonya Allah dan juga kekekalan yang ada di akhirat nanti. dan kalau misalnya ada seseorang yang dia menuntut ilmu dengan melihat seperti ini, dengan tujuan yang seperti ini, dengan keadaan yang seperti golongan pertama ini dan mereka adalah golongan orang-orang yang beruntung tanpa keraguan, karena apa yang dia harap itu hanya Allah. dia menyiapkan bekal bertemu Allah dengan keadaan yang baik di sisi Allah dan Rasulullah saw. 


2. Golongan orang yang ada di dalam sebuah bahaya

Keadaan yang membahayakan itu mahkhotil namanya, golongan orang-orang yang ada di dalam bahaya. kenapa? Karena ada sesuatu di balik ilmu yang dia tuntut. apa yang dia harapkan? ia mengharapkan pujian, kedudukan, harta dari ilmu yang dia tuntut. dan dia sadar ketika melakukan hal itu. 

kalau golongan pertama tadi dia betul-betul pengennya Allah aja nggak ada yang lain. maka yang kedua ini dia tahu ilmu yang dia tuntut ini adalah ilmu yang berhubungan dengan akhirat tapi dengan tujuan yang lain, ada niat terselubung karena dia sadar apa yang dia lakukan ini, dia sadar dengan ilmu yang dituntut, dia bisa mendapatkan kedudukan harta yang banyak ujian dari orang, pandangan dari orang, makanya dia tuntut ilmunya dengan banyak, diamalkan, dia pengen orang lihat dia lakukan hal itu tapi dengan maksud yang lain, jadi semakin dia lakukan, semakin dia amalkan, Semakin dilihat orang dan semakin banyak harta yang dia dapat. dia dalam keadaan bahaya, kenapa? karena ketika dia ingin akan mendapatkan bahaya itu sampai kenyataan, sampai dia wafat, dia nggak kembali kepada Allah, nggak berhenti. tapi kalau misalnya ketika sebelum dia wafat dia tobat dia kembali kepada Allah, dia cukupkan semua apa yang dilakukan sebelumnya, maka dia termasuk golongan orang yang tidak di dalam bahaya lagi. Allah akan memberikan dia keselamatan karena sebenarnya dia dalam keadaan tengah-tengah. Misalnya orang ini alim, tahu hukumnya seperti apa, dia thalabul ilm gapi ada sesuatu yang ingin dia capai dari apa yang dia lakukan, dan ketika dia kembali kepada Allah dia bertaubat kepada Allah, dia berhenti melakukan apa yang dia inginkan di balik ilmu yang dia tuntut, itu yang disebut dengan Allah membebaskan dia dari bahaya tersebut. 

Makanya di sini kata Imam Al-Ghazali kalau sampai ajalnya nanti dia datang dan dia tidak bertaubat, maka dia dalam keadaan yang bahaya, lebih dari bahaya itu dia akan meninggal dalam keadaan su'ul Khotimah. dan sebenarnya disisa akhirnya hidupnya dalam keadaan yang bahaya, tapi kalau misalnya dia bertaubat sebelum ajal itu datang, taubat, maka dia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang diselamatkan karena sesungguhnya orang-orang yang bertaubat daripada dosa yang dia lakukan seperti dia tidak pernah mempunyai dosa sebelumnya, dan dia datang kepada Allah, dia bertaubat, berserah diri dan nggak mau melakukan kayak dulu misalnya l, nggak mau lagi dengan ilmu yang dia punya dia menarik kedudukan, harta, pandangan orang, dia taubat, sesungguhnya orang yang bertaubat dari dosa yang pernah dia lakukan sama seperti orang yang tidak pernah melakukan dosa. nah golongan yang kedua ini disebut sebagai golongan bahaya, tergantung sampai mana dia melakukan hal itu, kalau sampai akhir hayat selesai nahudzubillahimindzalik, tapi kalau berhenti di tengah-tengah dan kembali tobat maka Allah akan menjadikan dia orang-orang menyambut keberuntungannya. 


3. Golongan orang-orang yang gagal

Orang yang bodoh karena dia betul-betul meniatkan ilmu yang dia tuntut itu untuk dunia saja, tidak untuk dirinya. dia betul-betul meniatkan ilmu yang dia tuntut tersebut untuk dunianya dia, untuk hartanya dia, untuk kedudukan dia, untuk pujian, dia pengen mendapatkan dunia yang lebih besar. ini termasuk orang-orang yang lalai, rugi, kalau dia masih ada keinginan untuk kembali dia bisa termasuk ke dalam golongan orang yang baik, tapi kalau dari awal dia sudah meniatkan ilmunya hanya untuk dunia dan harta saja maka sesungguhnya hatinya sudah dia tutup dari awal dan tidak akan dibuka lagi, walaupun sebenarnya Allah membuka kesempatan kepada orang-orang yang seperti ini. Biasanya Allah memberikan kesempatan, menegur mereka dan kasih mereka waktu lebih banyak, beda dengan waktu yang berkah. Allah kasih mereka waktu yang banyak untuk merasakan bahwa apa yang mereka lakukan ini salah, tapi waktu itu hilang berkahnya. Berbeda dengan orang-orang yang golongan kedua tadi, dia masih melakukan hal tersebut setengah-setengah karena ketika dia inget melakukan dia ingat juga Kalau diteruskan bahaya ini, tapi kalau nggak diterusin sayang nanti nggak ada yang lihat, tapi ada ketakutan ada keraguan di dalam orang-orang golongan kedua ini dalam melakukan hal tersebut.

Beda dengan golongan orang-orang yang ketiga ini, mereka enggak ada pikiran sama sekali untuk ini sebuah kesalahan, karena dari awal niatnya udah dibumbui oleh setan, dan setan senang karena dia cuman mengajak sekali, sisanya manusia yang jalanin sendiri. makanya dikatakan dalam sebuah tulisan bahwa "meninggalkan dunia itu dilihat dari bagaimana muamalah dia dengan penciptanya, Allah SWT" 

orang-orang bisa meninggalkan kenikmatan dunia, orang bisa tiba-tiba berpaling dari dunia yang dia cari dengan bagaimana hubungan dia dengan Allah? makanya orang-orang yang golongan kedua tadi karena dia mengamalkan, ada keinginan dia untuk kembali kepada Allah, karena sebenarnya akhlaknya itu jalan beda dengan golongan ketiga ini. kan dari Awalnya dia nggak ada tujuan buat Allah? enggak ada setengah-setengah, tapi niatnya betul-betul untuk dunia, harta, kedudukan, pandangan dari orang-orang lain. 

Makanya Imam Ghazali juga menyampaikan dalam satu tulisan beliau bahwa tentang dunia itu tiga hal, ada orang yang memutus dunia dengan seutuhnya, ada golongan orang-orang yang mengambil dunia seperlunya dan hati-hati dalam mengambilnya, dan ada orang yang mengambil dunia karena tertarik dengan keindahannya. jadi ada tiga pandangan orang-orang yang melihat dunia itu seperti apa. 

Makanya Imam Ghazali mengingatkan kepada kita kita sebagai penuntut ilmu kita mau masuk golongannya mana? golongan pertama, atau golongan orang-orang yang kedua, atau yang ketiga? karena dari tiga hal ini ketika kita sudah mulai dari yang awal itu akan berimbas pada ilmu yang kita tuntut. makanya Imam Ghazali mengingatkan dari awal, ada tiga bentuk untuk orang-orang menuntut ilmum kamu mau ngambil yang mana? 

Secara nggak langsung Imam Ghazali mengingatkan kita seperti itu supaya kita nggak salah ketika kita meniatkan sesuatu di dalam menuntut ilmu, karena setelah ini Allah akan berikan ilmu yang banyak dan perlu kita ketahui bahwa Allah itu hanya akan memberikan ilmunya kepada siapa yang Allah inginkan. kita harus ingat bahwa ilmu itu bukan kita yang mau tapi karena Allah yang kasih. kalau kita yang mau kita nggak akan dapat ilmunya. orang-orang yang menuntut ilmu dan mendapatkan ilmu dari apapun, entah dengan hadir suatu majelis atau melihat sesuatu lalu dia bisa mengambil faedah dari apa yang dia llihat, tau ketika dia mendengar sesuatu lalu dia bisa mengambil pelajaran, atau mengambil hikmah dari yang dia dengar, ketahuilah bahwa di situ Allah ingin menjadikannya sebagai orang yang dipilih untuk mendapatkan ilmu itu saat itu. karena ilmu itu bukan seperti apa yang kita mau, tapi seperti Allah yang mau kasih kepada orang tersebut, makanya Allah ngasih kepada orang yang terpilih saja. 

Imam Ghazali mengingatkan kepada kita untuk tidak salah niat buat nggak masuk ke dalam golongan ke dua ataupun tiga, tapi pengennya masuk ke golongan yang pertama supaya dari awal niat kita memang untuk Allah, biar kita bisa menghadap Allah dengan sebaik-baik amalan yang kita lakukan. 

Nah di sini dilanjutkan oleh Imam Ghazalim Diingatkan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa Rasulullah saw itu pernah menyampaikan kepada para sahabat, "sesungguhnya ada hal yang lebih aku takutkan daripada Datangnya Dajjal atas kalian", "apa yang lebih menakutkan daripada kedatangan Dajjal?"" lalu Rasulullah saw menjawab "orang alim yang melakukan sebuah kejahatan itu lebih mengerikan daripada Dajjal" jadi orang-orang alim yang melakukan sebuah kesalahan yang membawa orang lain kepada keburukan. di sini dikatakan bahwa Dajjal itu memang diciptakan untuk menunjukkan kepada kelalaian, kesalahan, berpaling. Sedangkan orang yang alim dia mengajak manusia untuk melihat dunia atau mengingatkan jangan ambil dunia yang banyak dari lisannya dia, tapi ketika dia di balik lisannya untuk meninggalkan dunia tapi dia sebenarnya melakukan itu, ini golongan orang-orang yang ketiga tadi. Dia mengingatkan orang untuk jangan mengejar dunia misalnya tinggalkan dunia dan jangan ambil sama sekali, tapi dia melakukan itu dia, mengerjakan itu dengan keadaannya dia di sini. 

Dikatakan bahwa apa yang dilihat dari keadaan lebih cepat diambil oleh orang lain dari apa yang disampaikan. orang-orang itu akan lebih cepat mengikuti orang lain ketika dia melihat apa yang dikerjakan orang tersebut lebih dari apa yang dia sampaikan. makanya ketika orang-orang yang masuk ke dalam golongan ketiga ini betul-betul bahaya sekali keadaannya, karena kata Nabi SAW, mereka itu tau sebenarnya dia melakukan di balik itu, padahal sebenarnya orang itu akan lebih mudah untuk menerima apa yang disampaikan lewat apa yang dikerjakan. ketika kita ternyata tokoh yang menurut kita luar biasa, Apa yang disampaikan Masya Allah, tapi Ketika kita melihat awalnya berbalik dengan yang dia sampaikan, maka "Oh iya aja kayak gitu melakukan ana juga bisa gitu" misalnya itu yang disebut sebagai sesuatu yang bahaya, yang sangat membahayakan. dikatakan bahwa ini adalah sesuatu yang bisa menghancurkan, karena apa yang dikerjakan itu akan lebih mudah diterima oleh orang lain lebih dari apapun yang disampaikan, karena kita melihat kita bisa mencerna daripada mendengar. 

dikatakan juga oleh Imam Ghazali lebih jelas lagi bahwa kalau orang-orang yang jahil itu ketika mencintai dunia, orang akan biasa saja karena kita tahu dia orang jahil. maka ketika dia kita tahu dia mencintai dunia ya sudah dia nggak tahu. tapi beda ketika orang yang mencintai dunia itu orang alim. kita berpikir Orang alim aja mencintai dunia berarti boleh dong mengikuti beliau, itu yang dikatakan oleh Imam Ghazali. itu yang akan membuat orang-orang mengikuti seperti orang alim tersebut, akhirnya dia malah melakukan sebuah kemaksiatan dan sejatinya adalah hatinya orang-orang yang golongan ketiga ini, hati mereka betul-betul dalam keadaan yang jahil, kepalanya otaknya itu bisa menyampaikan kepada orang ilmunya seperti apa, tapi dirinya, nafsunya, hatinya itu nggak bisa, nggak ada, jahil, nggak ada perasaan sama sekali karena dia nggak ngamalin juga. dari awal lihatnya emang sudah nggak baik , emang dari bisikan-bisikan setan. 

Lalu pertanyaannya nanti berarti apakah orang-orang Alim itu tidak boleh menunjukkan dunianya? bukan tidak boleh, tapi yang kita lihat guru-guru besar atau Habaib, asatidz asatidza, yang pakainya rapi bagus cantik. apa yang kita lihat secara dhohir itu belum tentu berarti beliau mengejar dunia, kalau beliau di hadapan orang banyak dan menyampaikan dalam keadaan yang lusuh kan tidak enak dipandang. jadi menempatkan tapi tidak berlebih-lebihan, tidak memakai harta yang ketika beliau menyampaikan sebuah ilmu kiri kanan atas bawah itu ada emas yang bergelantunga banyak, misalnya dari pergelangan tangan sampai bahu, itu kan berlebihan dunianya terlihat sekali. Siapa tahu pakaian rapi itu adalah satu-satunya yang dimiliki oleh Beliau supaya ditunjukkan kepada orang atau setidaknya ketika menyampaikan sesuatu enak dilihat,m itu enak juga, akhirnya diterima oleh orang-orang yang melihat yang dimaksud di sini adalah betul-betul mengambil dunianya. 

Dan diingatkan terakhir oleh Imam Ghazali dalam Mukadimah ini supaya orang-orang yang sedang menuntut ilmu, jadilah kamu sebagai golongan orang pertama dan berhati-hatilah untuk menjadi golongan yang kedua karena kita nggak tahu umur kita sampai kapan kita nggak tahu sempat atau enggak bertaubat atas apa yang kita lakukan. maka untuk itu hindari, hati-hati, makanya untuk kamu (untuk kamu) untuk tidak menjadi bagian yang ketiga, karena akhir dari ujung hidup seseorang itu akan menjadikan dirinya binasa ketika dia memilih sebagai sampai akhir hayatnya, sampai bertemu Allah ketika dia memilih golongan ketiga. 

makanya di sini dikatakan Apakah permulaan tersebut sehingga aku bisa menguji diriku dengannya? misal dalam diri bertanya sesuatu ketika kita ingin menjadi golongan pertama maka yang perlu kita sadari dzahirnya kita Adalah Taqwa dan akhirnya kita juga harus dengan Taqwa. dzahir batin kita adalah Taqwa. karena sesungguhnya tidak ada balasan yang Allah berikan, sebaik-baik balasan tersebut kecuali dengan taqwa dan tidak ada petunjuk yang akan Allah berikan kecuali kepada orang-orang yang bertakwa. dan ditanyakan lagi seperti apa takwa? maka Takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang. dan itu dibagi menjadi dua bagian dan beliau menjadikan itu bagian kedua di pelajaran selanjutnya. 

dikatakan oleh Imam Ghazali bahwa bertakwa secara dhohir dan batin dari awal sampai akhir dari apapun yang akan kita lakukan, syaratnya adalah ketika kita ingin menuntut ilmu dengan maksud golongan yang pertama untuk betul-betul bertakwa. dan apa itu takwa? Taqwa adalah ketika Allah perintahi kita kerjai, Allah larang kita jauhi. Bukan sebaliknya. karena syarat untuk semua itu adalah ketakwaan. tidak akan Allah berikan sebaik-baik balasan kecuali kepada orang yang orang yang bertakwa Dan tidaklah Allah berikan petunjuk kecuali kepada mereka yang bertakwa. 

Maka setelah ini PR kita selain Hidayah adalah bagaimana kita masuk ke penuntut ilmu yang mana? yang beruntung yang diperingatkan untuk hati-hati? atau naudzubillahimindzalik yang terakhir? Ketika kita memilih yang pertama maka katakan dalam dirinya kita untuk selalu menjadi hamba yang bertakwa. 

bertakwalah kamu dimanapun kamu berada 

karena memang kalau dilihat dari kalimatnya l, melakukan apapun yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan apa yang dilarang terlihat singkat perintah ini, tapi ketika kita kerjakan kemudian banyak hal-hal yang membuat kita Istiqomah, juga kadang sulit, tapi ketahuilah bahwa Allah akan memberikan sebaik-baik balasan kepada orang-orang yang bertakwa. Allah akan kasih terus hidayah kepada mereka. Allah akan kasih terus kepada mereka jalan, Allah akan berikan kemudahan dan yang perlu kita Ingatkan lagi ketika kita ingin menjadi penuntut ilmu, Percayalah bahwa sekecil apapun ilmu yang kita dapatkan saat itu itu adalah bagian dari cara Allah untuk menunjukkan bahwa kita adalah orang-orang yang Allah pilih untuk menerima ilmu tersebut. dan bagaimana cara kita untuk bisa berterima kasih kepada Allah atas ilmu itu, itu hal yang luar biasa, ketika kita sebagai orang yang dipilih Allah adalah betul-betul menjadi hambanya yang bertakwa. 


QNA: 


1. Lanjutan bayan: 

ترك الدنيا عن مدد بالأخلاق 

“Jika seseorang ingin meninggalkan dunia maka dengan cara memperbaiki komunikasi kita dengan Allah”


2. Bagaimana tipsnya agar niat kita dalam proses menuntut ilmu hanya untuk mendapatkan ridho Allah? Terkadang di tengah jalan pasti ada yang buat niat kita berubah contohnya dapat pujian dari orang lain? 

=> orang yang menuntut ilmu itu akan menemui tiga fase dalam hidupnya, fase itu dari kalam Sayyidina Umar :

a) pertama dia akan sombong dengan ilmu yang dia punya dan itu pasti akan ditemui oleh orang yang menuntut ilmu, yang merasa hebat dengan ilmunya, apalagi kalau ada orang yang memujinya pasti akan ada rasa besar dalam dirinya. 

b) kedua adalah orang-orang yang mulai menerima bahwa "ana perlu belajar, kurang ini" tidak ada kesombongan

c) ketiga adalah ketika dia merasa jahil, ketika semakin berilmu dia semakin merasa dirinya jahil. 

jadi ketika kita menuntut ilmu akan tiba pada tiga fase itu, kalau kita berada di posisi yang pertama, posisi awal-awal lalu ketika dipuji besar kepala, disampaikan bahwa memang seperti itu bentuknya. 

Tapi kayak gimana supaya itu tidak betul-betul terlalu lama atau tidak berlarut dalam dirinya kita? maka diingatkan bahwa setiap kita mau melakukan apapun diingatkan bahwa Perbaharui niat. 


3. Kalau kita tahu tentang suatu ilmu lalu kita niat pengen mengamalkan, tapi saat kita mau mencoba mengamalkan ada saja sesuatu yang pengen kita menundanya, solusinya gimana?alu misal ada temen yang punya masalah cerita ke kita, kasih solusi misal tahajud itu tapi ada rasa berat setelah ngasih solusi itu karena kita pun sebenarnya masih beruang untuk mengamalkan? 

=> pertama, kenapa kita menunda? Biasanya karena ada sesuatu yang membisiki kita, entah itu nafsunya kita yang terlalu besar atau hal apapun itu. tapi guru kita menyampaikan bahwa ketika kita ingin melakukan amal baik lalu berat langkah kita maka paksa, kalau saat itu kita pengen rebahan di 2 menit dan setelah 2 menit itu kita nggak mau bangun, langsung bangun, paksa ke kamar mandi balik lagi ke kamar, kita mau duduk dulu misalnya, nah ketika ada keinginan untuk duduk tadi maka letakkan tangan di dadanya kita terus sambil menjamin mata dan istighfar astaghfirullahaladzim astaghfirullahaladzim. setelah kita takbir mengangkat tangan pasti akan ada aja godaannya. 

yang kedua dikatakan bahwa kalau misalnya kita berat ingin melakukan sesuatu kebaikan atau kita lagi tertatih-tatih untuk melakukan kebaikan tersebut, tapi ketika ada orang datang kepada kita dan dia meminta suatu hal yang kita mau nggak mau menyampaikan itu walaupun kita sedang tertatih melakukan itu, itu jauh lebih baik daripada kita diam tutup mulut enggak kasih solusi apa-apa. Jadi kalau misalnya itu berat gapapa sampaikan karena bisa jadi solusi yang kita kasih walaupun kita juga masih tertatih-tatih untuk mengamalkannya itu bisa m menjadi jembatan kita untuk Istiqomah di amalan tersebut. 


4. Bagaimana cara mendidik anak kecil sedari dini agar menuntut ilmu itu hanya untuk Allah karena banyak orang tua yang menuntut anak agar dapat rangking yang baik? 

=> Setiap anak kecil itu beda-beda cara mendidiknya, dan setiap orang tua itu punya caranya sendiri untuk mendidik anaknya. tapi ketika seorang yang ingin ngasih tahu "kamu ingin menuntut ilmu tapi untuk Allah" kalau kita kasih tahu hal itu ke anak kecil yang kira-kira belum tahu dan belum mengerti itu akan sulit untuk disampaikan seperti itu, tapi kalau orang tua bilang "kalau kamu rangking bukan hanya orang tua yang senang tapi juga Allah yang menciptakan kita" nanti akan muncul pertanyaan selanjutnya. karena ketika kita mendidik anak-anak kita, maka menjadi PR bagi kita untuk punya ilmu yang lebih banyak lagi supaya ketika anak kita bertanya kita bisa menjawabnya. meminta rangking kepada anak itu nggak salah, juga tapi yang senang bukan hanya orang tuanya saja tapi juga Allah yang menciptakan, karena kita harus bersyukur. 

Jadi ketika kita ingin mendidik anak kita sedari kecil untuk Allah, maka sebelum kita didik anak kita seperti itu, kita harus didik diri kita seperti itu juga. kita Didik diri kita seperti itu dan kita jadikan diri kita untuk mengenali Allah lebih banyak, lebih tahu lagi, sehingga ketika anak itu bertanya kita tahu jawabannya seperti apa. karena, bagaimana anak itu bisa menuntut ilmu dan melakukan itu untuk Allah kalau ketika dia tanya tentang Allah aja kita nggak bisa jawab. 

Wallahua'lam bishowab. 

Mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan. 

Halal share dan di mohon untuk tidak menghilangkan sumber catatan, BaraakAllah Fiikum.


Salam cinta 💙

 𝓜𝓽. 𝓓𝓪𝓻𝓾𝔃𝓩𝓪𝓱𝓻𝓪

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dars Kitab Bidayatul Hidayah (13 Februari 2025)

Dars Kitab Bidayatul Hidayah (7 Mei 2025)