Dars Kitab Bidayatul Hidayah (7 Mei 2025)

 ✨ Dars Kitab Bidayatul Hidayah (Pertemuan 2) 

πŸ“š Muallif : Imam Al-Ghazali

πŸŽ™ Ustadzah Dara Husaien

πŸ—“ 7 Mei 2025

πŸ“ MT. DaruzZahra


•••

Kalau di Muqaddimah kemaren kita ketahui bahwa imam Ghazali di awal membuka hati kita untuk taklim itu seperti apa, sampai kemarin menjadikan niat tujuan kita dengan allah, supaya menghadirkan hidayah, yang mana kalau kita mengharapkan tujuannya allah maka allah akan mengirimkan malaikat yang akan merentangkan sayap sayapnya, ketika kita berjalan dilindungi atau semua makhluk di laut beristighfar untuk kita. 


BAB HIDAYAH


Kita harus mengingat bahwa segala sesuatu hidayah itu adalah buah atau hasil daripada ilmu pengetahuan itu, maka ketika kita pengen tolibul ilm maka hasil awalnya itu adalah hidayah. Dan hidayah itu ada di awal akhir, terlihat di dhohir dan terasa di batin. Sehingga ada kalimat tadi bahwa kalau kita pengen belajar, ingin mengisi mangkuk mangkuk kosong dalam hati kita, sebelum itu semua, ketika kita sudah ada rasa pengen tolibul ilm itulah hidayah, dan dia mendapatkan awal dari hidayah yang ingin allah berikan kepada kita. Dan setiap permulaan ada akhirnya, ada di dhohir dan batinnya. Tapi seseorang itu ga akan sampai ke ujungnya kecuali dia sudah dapat segala hikmah yang dia dapat di awal. 


Jadi imam Ghazali mengajarkan kepada kita bahwa ketika kita pengen menuntut ilmu, kita harus cari, niat kita apa, apa yg kita cari, niat kita ngaji, belajar, apa yang kita cari dan tuju dri kitab ini? Dikatakan disini ketika kita gatau tujuannya seperti apa, maka kita tidak akan ketemu akhirnya seperti apa, karena hikmah itu terdapat di awal, dan ketika kita kumpulkan hikmah hikmah tersebut jadi tabungan besar yang kita bawa di akhir kita nanti. 


Makanya dikatakan, kita ga akan merasakan sesuatu secara batin sebelum kita mengamalkan itu dalam diri kita. Kita bisa merasakan hidayah itu ketika kita menarik dan mengamalkan hidayah tersebut. Karena memang dikatakan bahwa hidayah itu bukan hanya ketika kita merasa ingin, tapi bagaimana ketika kita sudah merasa ingin lalu kita ambil, itu hidayah. 


Dia ada step nya: Step pertama ada rasa pengen belajar, itu awal. Step kedua gimana caranya ana belajar ya? pilih kitabnya, cari yang bisa ngajarin, ikut dars nya. Step ketiga ketika dia duduk denger catet. Step keempat adalah step mengamalkan, dan Step kelima ialah step menyampaikan. 


Ketika kita ngerasa hidayah cukup, kita pengen belajar saja tapi ga kita tindak lanjut, maka step selanjutnya tertolak, kita hanya dapat satu dari banyaknya hidayah hidayah yang pengen allah tunjukkan kepada kita, maka kalo seperti ini kita pengen sampe ke akhir dari ujung kehidupan kita, tapi karena dari awal hidayah itu ga kita lanjuti maka kita ga akan nyampe ke ujungnya. 


Makanya, ketika sudah ada niat, rasa pengen, lanjutkan. Allah akan terus kirimkan hidayahNya kepada hamba-Nya, tpi yang menolak adalah hambanya itu sendiri. 


Ada beberapa hal yang bikin hidayah itu mental di hati kita. Hidayah akan masuk dan kita bisa merasakan serta melanjutkan step step hidayah yg allah beri ialah ketika kita buka hati kita, karena ketika hati kita tertutup apa sebabnya?

1) karena sombong, sombong adalah bagian daripada seseorang yang bisa melanjutkan hidayah yang allah berikan tapi akhirnya mental karena ada sifat sombong dalam dirinya. Contohnya, ketika dia sudah merasa dapet hidayah, dia merasa dirinya lebih cepet dapet hidayah daripada orang lain, ada sesuatu dri kalam kita yg meremehkan org lain, dan itulah yang menjadikan step step selanjutnya ga bisa kita lanjutkan. Itulah yang menyebabkan hidayah yang sebenarnya bisa memenuhi mangkuk yg kosong dalam hati kita, akhirnya ga bisa masuk akibat sombong 


2) cinta dunia, ketika dia sudah mendapatkan isyarat dari allah, dia tau, dia merasa, tapi karena dunia nya terlalu dia nikmati maka isyarat yang allah sampaikan kepadanya ga diambil, karena dunia yang sedang dia kejar, dia cari, sgt dia butuhkan. Padahal sebenarnya dunia yang disandingkan kepada kita, ketika hidayah itu ditunjukkan kepada kita, sebenarnya itu adalah tes dari allah, kita ambil atau kita fokus ama dunia? Maka itulah yang membuat hidayah lain sulit datang ke kita. Allah kasih, tapi hati kita yang tertutup. 


Org yg takabbur sama persis dengan setan, setan itu sombong, itu yang membuat mereka ingin menarik orang seperti kita ini untuk ikut bersama mereka dengan adanya rasa sombong. Makanya ketika ada rasa sombong itu, langsung datang ke allah, istighfar, begitu pula ketika cinta dunia itu datang. Dunia akan datang kepada siapapun yang dia fokus pada akhiratnya kepada allah. 


Imam Ghazali melanjutkan, bahwa allah akan menujukkan kepada kita permulaan dari hidayah itu seperti apa untuk ngetes hati kita, ketika dikasih awal awal hidayah itu perasaan kita seperti apa, lalu ketika kita sudah merasa hati kita, akan ada getaran getaran halus dalam hati kita. Ketika kamu mendapati hati kamu bahwa allah menunjukkan hidayah itu, seperti ganjel, gelisah, lalu ketika kita merasa hati kita bisa menerima, mulai penasaran ketika dikasih petunjuk sama allah, kita cari tau lebih lagi, maka condong berarti hati kita, dan ada di dalam diri kita usaha untuk menggapai seperti apa hidayah itu, maka ketahuilah kata Imam Ghazali ketika kita berusaha menggapainya maka kita sedang berada di perjalanan yg kita akan berhenti di ujungnya. 


Ketika kita sudah condong dan usaha akan ilmu itu, maka kita sedang membuka jalan bahwa kita sedang masuk lautan ilmu, dan semuanya akan terlihat, nikmat ilm, ngamalinnya, menyampaikan ke orang itu, itu yang kita dapati. Maka untuk masuk dan mendapatkan musyafatnya adalah kalau sudah ada sesuatu hal yang masuk ke hati kita, mau cari tau, lalu hati kita condong, kita berusaha, maka ketahuilah kita sedang pengen masuk ke hidayah itu. Makanya ada step-stepnya. Ga hanya dengan merasa cukup, tapi bagaimana kita menyelesaikan yang setelah setelahnya. 


Imam Ghazali menyampaikan di sini bahwa, tapi sebaliknya, berat rasanya ketka kita pengen ngambil tadi, kalau di awal kan ada ngerasa condong hatinya, harus ngapain, berarti condong itu dia. Nah ketika kamu merasakan hatimu ingin mengambil itu terhadap sesuatu itu kea berat, lengah, kea mau maju engga, kalo mau lanjut kea sesuatu yang enggan dalam diri kita, mau tapi seperti ada tujuan lain selain allah, maka ketahuilah sebenarnya hati kamu itu akan merasa bosan pada tolibul ilm, gamau nuntut ilmu, inilah hati hati yang menuntut pada kebaikan. 


Ketika terjadi pada seorang hamba, lanjutkan, lawan, kalau kita benar-benar berenti, maka kita terjerat pada nafsu dalam diri kita. Setiap orang punya nafsu yang memerintah pada keburukan, tapi ada di dalam diri kita yang menolak dan ada juga yang kerjain aja nanti tobat, ada yang kerjain aja asal seneng di dunia. Maka ketika itu terjadi, kita harus menyadari bahwa itulah nafsu yang memerintahkan pada keburukan, maka lawan, kita cari ilmu karena meski diawal berat, kalau dibiarkan dia akan jauh lebih besar menutupi hati kita dan menjauhi kita dari ilmu ilmu allah, dan akan diperkuat dengan gangguan setan yang terkutuk. Maka kita akan diikat dengan bisikan bisikan halus, dipijit pijit telinga kita, diiket hati kita supaya tidak melawan pada nafsu kita tadi. Kita biarkan, "nanti-nantilah" itulah yang menyebabkan hidayah itu tertunda. Hidayah itu ada yang datang, ada yang dijemput, ada yang harus dipaksa, itu ada malas dalam dirinya, maka harus berhati-hati. 


dia tahan diri kita biar kita ikut dia, dengan tujuan setan ini menjadikan keburukan hadir pada sesuatu yang baik. Keburukan dalam sesuatu yang baik seperti menuntut ilmu itu kita tau itu baik, tapi dia jadikan perkara itu dibayang bayangi dengan rasa cape, mengamalkan ilmu itu, harus menyampaikan ke orang, begini begitu, itulah yang disebut dengan dia bayangkan sesuatu yang buruk padahal dalam hal-hal baik. Padahal kalau menuntut ilmu, dia tau ilmu ini untuk apa. 


Yang mana ketika kita lebih mengikuti bagaimana nafsu tadi, itu yang menjadikan sesat di dunia, seakan akan kita sudah melakukan perbuatan yang baik padahal sebenrnya tidak. kalau sudah kepancing, nafsu itu akan semakin besar dan menolak hidayah, mental. 


Maka, ketika kita masuk di Hidayah pertama kalau ngerasa condong, maka masuklah ke dalam, dan kalau kita sudah masuk maka kita akan ketemu istiqomah. 


Ketika hati kita condong pada hidayah itu, istiqomah ga kita? Kok lama, berat, susah. itu bagi orang yang mendapatkan hati mereka condong tpi mereka meminta istiqomah atas hidayahnya, ujiannya tergantung pada yang kita minta. 


Tapi kalo kita masuk ke golongan yang kedua, maka minta "ya allah beri kemudahan bagi hamba untuk menuntut ilmu", dari doa itu allah akan menguji kita, berat, malas, susah jadinya, itu sesuai dengan yang kita minta. Maka mintalah, "ya allah berilah hamba kemudahan ketika mendapatkan hidayah dan dimudahkan serta diistiqomah kan" maka double ujian kita. Maka allah tau, ketika kita meminta kepada allah, maka yakinlah bahwa ketika ujian itu datang, kita bisa menghadapi ujian tersebut, karena itu adalah syaratnya. 


Kata Imam Ghazali, ketika kita sudah susah susah mendapat hidayah dari ilmu tadi, lalu setan tadi gagal, tetep dikasih jalan ama allah, dan dia akan menjadikan ilmu tadi sebagai bisikan tambahan. nanti setan yang bisik dan bikin kita tersesat dalam kalam Nabi SAW, bahwa siapa yang bertambah ilmu, tapi dia tidak bertambah hidayahnya maka tidaklah bertambah kebaikan dalam dirinya kecuali semakin jauh dari allah. ilmu tadi yang bikin dia sesat karena bisikan setan. 


Maka tugas kita adalah ketika kita sadar nafsu tersebut, bagaimana caranya kita kecilkan dan hancurkan dia, kita yakinkan bahwa keyakinan kita lebih kuat dari bisikan setan dan nafsu tadi. Karena kita gakan dapet kedekatan sama allah, malah makin jauh, padahal kita mau deket sama allah dengan menuntut ilmu. 


Ada orang yang nuntut ilmu tapi ga dpt hidayah, ga ada sesuatu yang diambil dari hidayah tersebut, contohnya dia dapat ilmu tapi belom mengamalkan, belom menyampaikan, gada tafakkur, ga bikin makin deket, maka ketika selesai tolibul ilm itu tanya ama dirimu, apa yang ana dapatin ya? 


Kita tau hidayah bisa datang dri mana saja, maka kalau kita belum dapat hidayah dari dars, itu tpi catat ilmu nya, kita baca lagi dri awal, apa yang bisa kita ambil? Kalau ga dapet ilmu tpi ga bertambah hidayah, maka bukan makin deket malah makin jauh. Istighfar, mungkin ada sesuatu yang bikin ilmu itu ada tapi hidayah nya belum smpe. 


Jadi kita ada PR, bahwa kita harus cari hidayah dalam setiap ilmu, setiap dars yang kita hadiri, atau dari apapun yang lewat di sosmed yang menghubungkan kita dengan hidayah tersebut, bukan cuma ngambil ilmunya, tapi dapet petunjuk dari ilmu tersebut. 


Imam Ghazali kan udah mengingatkan dari awal, hidayah itu akan lebih enak nyampe ke allah ketika kita tau tujuannya siapa, tau tujuannya kemana, antara ente dengan allah aja. Maka imam Ghazali udah mengingatkan dari awal, niat betul, maka cari hidayah itu selanjutnya, dengan cara yang diajarkan sama Imam Ghazali, kita masuk golongan hati yang condong atau hati yang berat menerima? hidayah ini kalau misalnya yang pertama, doa, kalau yang kedua brrti kita harus kerja lebih ekstra lagi, didik hati, istighfar. Kalau kita udah menerima hidayah ini, hati kita masuk ke hati yang condong atau hati yang malas? 


Maka PR kita malam ini adalah bagian dari hidayah, hati kita gimana? di awal kita senang, ketika sudah masuk gimana hati kita? masuk ke golongan mana?  ketika kita sudah tau, ambil dan cari hidayahnya, lalu lakukan terus istiqomah. 


Ilmu kita menambah malam ini, tapi apakah kita mendapatkan petunjuk dari ilmu itu? kita mau apa dengan kalam beliau ini? 


Jadi, setelah ini kita fokuskan ke diri kita dulu sebelum lanjut ke kajian selanjutnya, kita pengen ta'lim, catatan kita full tapi ga dapet apa apa, sebenrnya itu bagian dari hidayah yang ingin allah kasih, baca catatan itu dan kita dapati hidayah dan dekat dgn allah. 


Maka semoga malam ini bisa jadi pengingat buat kita, bahwa apapun yang sedang kita tuju, jadikan allah sebagai tujuan utama, dan ketika itu gimana kita menjadikan hidayah itu ke bidayah, karena setiap kita akan sampe ke ujung, tapi sebelum itu kita akan dapat yang awal awal dulu. 


QNA: 


1. Misalnya lagi capek habis kegiatan, jadi ada masa ketika guru sedang menyampaikan ilmu kita hanya sebatas mendengarkan tapi tidak ada rasa lebih untuk mencari tahu tentang ilmu tersebut, mungkin karena terlalu banyak porsinya juga. menurut Ustadzah apa yang harus dilakukan agar meskipun banyaknya jadwal dalam keseharian kita tapi ketika ada ilmu yang bisa kita terima, kita bisa menerimanya dengan baik, agar hati kita itu condong pada hal tersebut  karena terkadang kita merasa capek jadi hanya setengah hati. 

=> setiap manusia ada titik capeknya, apakah saat itu tiba kita harus istirahat sebentar atau gimana supaya ketika mendapat ilmu itu? kita bisa mengambil semuanya kalau kita berpikir capek itu pasti akan ada, tapi kalau kita biarkan capek itu datang sekali maka akan datang capek-capek yang lain suatu saat nanti dalam menuntut ilmu. terus gimana? apa nggak boleh capek? boleh, tapi gimana caranya? Ketika capek itu datang, coba kita lihat beliau yang menyampaikan, apakah beliau ada capek? pasti, tapi ketika beliau tau ada tugas untuk menyampaikan kepada kita maka beliau tetap menyampaikan walaupun capek. Jadi posisikan diri kita kalau kita ada di posisi beliau, ketika kita tahu ada bagian dari murid kita yang lagi bosan atau lagi capek terus tidak mendengarkan, gimana perasaan kita saat itu? Karena pas ngelihat guru itu capek, kayak nggak adil aja gitu. beliau datang jauh, ana pun jauh tapi beliau tetap menyampaikan dengan semangat, beliau tetap tersenyum walaupun beliau bisa melihat dari depan bagaimana ekspresi semua yang hadir. Cape itu pasti ada, tapi kalau kita biarkan capek ini apakah itu adil untuk beliau? yang mana guru kalau mau ngajar pasti murojaah dulu juga. jadi kalau kita capek, bilang sama diri kita, "kita boleh capek tapi nanti kalau udah pulang, kalau udah di rumah, sekarang perhatikan dulu," walaupun nggak ada yang masuk dari yang beliau sampaikan, kalau boleh direkam-rekam suaranya supaya nanti bisa didengarkan. jadi kita posisikan diri kita di posisi beliau. Karena seperti apa kita berperilaku kepada orang lain, seperti itu pula orang lain akan berperilaku kepada kita  saat kita berusaha tidak capek pada ilmu, maka ketika capek itu datang maka posisikan diri kita yang sedang ada di depan sana, maka insyaAllah capeknya akan bisa berkompromi dengan kita. 


2. Jika semua tergantung dengan permintaan kita, maka bagaimana untaian doa yang baik dalam menuntut ilmu ini khususnya? 

=> semua yang kita dapatkan itu sesuai dengan apa yang kita minta, yang kita doakan selama ini. Karena tidak ada ujian yang nggak sesuai dengan permintaan kita. jadi kalau misalnya Doa apa yang baik dalam menuntut ilmu ini? yang pasti kita harus meminta Hidayah. tanya sama hati kita ketika kita siap akan berada di posisi yang mana? karena setiap posisi akan ketemu dengan ujiannya masing-masing. Maka kalau kita minta doa yang pertama "Ya Allah berikanlah hamba Hidayah, berikanlah hamba kemudahan dalam menuntut ilmu, berikan kemudahan Hati Hamba untuk menerima Hidayah yang Kau berikan dan jadikanlah hamba yang istiqomah" maka ilmu itu akan datang dan ketika ilmu itu datang, ujiannya di mana? ketika ilmu datang bisa nggak kita menangkap semua ilmu itu? bisa nggak kita mengamalkan ilmu tadi? bisa nggak kita Istiqomah di ilmu tersebut? Tapi ketika kita meminta, "Ya Allah luaskanlah hati hambamu ini  kuatkanlah hati ini, Allah tahu hati hambanya maka mudahkanlah berikanlah petunjuk" maka ketika kita meminta seperti itu dan dari doa tadi juga sudah terlihat bahwa hati kita ini antara siap-siap enggak siap, benar-benar kita akan masuk ke dalam golongan yang kedua dan ujiannya kan ada juga di situ. 


maka doa yang baik adalah kita tahu hati kita seperti apa. kita tahu keyakinan di hati kita seperti apa. maka itu yang akan kita sampaikan kepada Allah sesuai dengan keyakinan hati kita. kalau kita yakini hati kita seperti ini, doa yang seperti ini. kalau kita yakini hati kita yang seperti itu maka doa yang seperti itu. tapi kalau kita yakin kita bisa melewati semuanya asal ada Allah, maka doa "Ya Allah Engkau tau hati hamba lemah maka hamba mohon mudahkanlah berikanlah hidayah petunjuk" maka ketika Allah memberikan ujian yang banyak, jangan berhenti, karena dari awal kita meminta pun sudah yakin sama Allah. Maka biarkan hati kita berbicara dengan Allah . 


3. Bagaimana caranya agar bisa mengontrol hati supaya tidak sombong saat kita paham terhadap suatu ilmu. Terkadang secara ngga sadar saat diskusi diri ini khawatirnya mengarah ke arah sombong itu  Jadi kalau udah selesai diskusi kadang mikir, aku tadi itu masuk ke sombong bukan ya? jadi kadang masih suka bingung membedakan yang sombong dengan tidak? 

=> sombong itu merasa kita lebih baik dari orang lain dan meremehkan mereka. Kalau riya memang menunjukkan kalau aku tuh gini. Jadi ketika dalam suatu forum diskusi kita tahu ilmunya seperti apa dan saat itu memang nggak ada yang tau daripada kita, kita jawab. misalnya terus di dalam hati ini kita terlintas kayak "tuh kan pintar aku itu bisa semua" Itu sombong. tapi kalau misalnya dari awal kita sudah memang niatnya hanya menyampaikan saja tanpa ada merasa lebih baik, maka selesai sampai itu aman berarti. Tapi kalah ada rasa sombong maka istighfarlah daripada menghadirkan bisikan-bisikan yang bikin kita makin sombong. 


Wallahua'lam bishowab. 

Mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan. 


Halal share dan di mohon untuk tidak menghilangkan sumber catatan, BaraakAllah Fiikum.


Salam cinta πŸ’™

 π“œπ“½. 𝓓π“ͺ𝓻𝓾𝔃𝓩π“ͺ𝓱𝓻π“ͺ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dars Kitab Bidayatul Hidayah (13 Februari 2025)

Dars Kitab Bidayatul Hidayah (18 Juni 2025)